4 Tips Tampil Keren Ala Nabi ﷺ Yang Wajib Kamu Ketahui


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Tidak akan masuk surga, seorang yang dalam qalbunya terdapat sekecil semut hitam dari kesombongan.” Seseorang bertanya kepada beliau, “Ada orang yang senang memakai pakaian yang baik, dan memakai sandal yang bagus.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Sungguh Allah Maha Indah dan Mencintai keindahan. Namun kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
(HR. Muslim dari shahabat Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)


Penampilan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan bermasyarakat. Orang yang berpenampilan baik, tentu akan lebih dihargai daripada orang yang berpenampilan buruk. Bahkan di Indonesia, ada suatu nilai dalam masyarakat Jawa yang mengajarkan, “Ajining diri saka lathi, Ajining sarira saka busana”, yang intinya bahwa kehormatan seseorang itu dinilai dari ucapan dan pakaiannya. Suatu nilai yang sebenarnya sudah jauh hari ditanamkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Namun sayang, terkadang di kalangan pemuda Islam, masalah penampilan ini kerap diabaikan. Dengan alasan, “Kalau sudah ngaji itu nggak perlu nggaya-nggaya banget. Pokoknya nutup aurat.” Kita sering melihat pemuda yang pakaiannya terkesan asal-asalan.

Memang sebagai pemuda muslim, kita tidak perlu mengikuti tren fashion yang berubah-ubah. Tidak perlu membeli baju yang mahal. Tidak perlu ikut-ikutan mengubah gaya rambut agar dianggap keren. Namun, agama ini mengajarkan umatnya untuk berpenampilan bagus, yang bisa menyenangkan orang yang kita temui. Nah, berikut beberapa kriteria “penampilan bagus” yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

1. Rapi

a. Berpakaian rapi

Berpenampilan rapi artinya pakaian kita tidak kusut. Jangan sampai kita datang ke pengajian atau shalat berjamaah di masjid dan juga bergaul dengan masyarakat sehari-hari, dalam kondisi pakaian kita masih banyak bekas-bekas lipatan.

b. Merapikan rambut.

Selain pakaian, penting juga untuk mengatur rambut kita. Apabila kusut, maka sisirlah. Apabila sudah cukup panjang dan mulai susah ditata, lebih baik dipotong. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkisah, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang mengunjungi kami. Tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang kusut rambutnya. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata yang artinya, “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menata rambut kepalanya?” (HR. Ahmad dan An Nasa’i, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Ash Shahihah)

Namun, bagi wanita dilarang untuk memotong rambutnya hingga sangat pendek menyerupai laki-laki. Karena fitrah wanita memang memiliki rambut yang panjang.

2. Bersih

a. Berpakaian bersih.

Bersih artinya bebas dari kotoran. Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang berkunjung ke rumah kami. Tiba-tiba beliau melihat laki-laki yang pakaiannya kotor. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata yang artinya, “Apakah orang ini tidak mendapatkan sesuatu yang dapat mencuci bajunya?” (HR. Ahmad dan Nasa’i, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Ash Shahihah)

Jangan lupa menyikat sepatu dan sandal kita. Kan jadi tidak indah bila pakaian kita bersih, namun alas kaki kita penuh kotoran.

b. Berbadan bersih.

Kebersihan bukan hanya menyangkut pakaian. Namun juga kebersihan badan kita. Sudah seharusnya kita menjaga kebersihan dengan mandi. Mandi dapat menghilangkan kotoran, sehingga menjauhkan seorang muslim dari penyakit dan menjaga agar badannya tidak bau. Wajah yang bersih dan badan yang wangi, tentu membuat orang lain suka berinteraksi dengan kita.

Abu Rafi’ radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu malam berkeliling mengunjungi beberapa istrinya. Maka beliau mandi setiap keluar dari rumah istri-istrinya. Maka Abu Rafi’ bertanya, ‘Ya, Rasulullah, tidakkah mandi sekali saja?’ Maka jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Ini lebih suci dan lebih bersih.” (HR. Ibnu Majah dan Abu Dawud, dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi Dawud)

c. Bergigi dan mulut bersih.

Kebersihan gigi juga tidak boleh dilupakan. Orang lain tentu tidak nyaman berbicara dengan orang yang giginya kotor, atau masih ada sisa makanan. Saking pentingnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu.” (HR. Muslim)

Gigi yang rajin disikat dengan siwak atau pasta gigi, akan terjaga kesehatannya. Sehingga tidak mudah rusak atau berlubang. Ini juga membuat mulut kita tidak menjadi bau. Dan orang lain pun nyaman berbicara dengan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Barangsiapa yang makan bawang merah dan bawang putih serta kucai, maka janganlah dia mendekati masjid kami.” (HR. Muslim)

Maksud dari hadits tersebut bukan mengharamkan bawang untuk dimakan. Tetapi hendaknya setelah makan makanan yang berbau tajam, kita membersihkan mulut kita agar tidak bau. Apabila kita merasa sudah rajin membersihkan gigi dan mulut, kok masih sering bau, maka waspadalah! Ada kemungkinan gigi kita berlubang. Harus segera mengobatinya ke dokter gigi agar tidak terjadi infeksi, sehingga pengaruh buruknya tidak menjalah ke anggota tubuh yang lain.

d. Melakukan sunnah yang fitrah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Lima hal yang termasuk fitrah (kesucian): mencukur bulu kemaluan, khitan, menipiskan kumis, mencabut bulu ketiak, dan memotong kuku.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

3. Indah

Berpenampilan indah artinya kita bisa memadukan pakaian kita agar enak dipandang. Bukan berarti yang baru dan mahal. Namun, pakaian tersebut harus cocok paduannya, sesuai standar masyarakat setempat, asal tidak menyelisihi syariat.

Misal kita mengenakan sarung. Kita tentu menjaga agar sarung kita di atas mata kaki. Namun masya Allah, jangan sampai karena saking semangatnya, sarung tersebut lebih tinggi dari celana yang kita kenakan di balik sarung. Sampai-sampai celana yang kita gunakan di balik sarung kelihatan (balapan). Ini jelas menyelisihi standar kelaziman dan keindahan yang ada dalam masyarakat kita. Solusinya, jangan mengangkat sarung terlalu tinggi, atau kita memilih celana di balik sarung yang tidak terlalu panjang.

Ini juga berlaku bagi yang ingin mengenakan tsaub (jubah ala Saudi). Jangan sampai ujung jubah itu jauh lebih tinggi dari celana di baliknya. Bahkan apabila ada orang Arab yang melihatnya, ia pasti akan merasa ganjil. Apabila tsaub kita memang ujungnya tinggi, lebih baik kita mengenakan sarung.

Juga apabila kita bergaul dengan masyarakat, jangan hanya mengenakan baju koko dengan bawahan sirwal (celana lebar) yang tingginya hanya sebetis. Masyarakat kita memandang bahwa orang yang mengenakan celana seperti itu sebagai pakaian yang tidak sopan. Seperti mau pergi main saja. Pakailah sarung, karena masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal sarung sebagai pakaian sopan bagi kaum muslimin.

Perhatikan juga paduan warnanya. Jangan sampai misalnya kita berbaju koko merah, namun sarungnya hijau. Tentu orang lain melihat perpaduan warna pakaian kita tidak cocok.

Masalah keindahan ini memang masalah selera. Namun, masyarakat kita sudah memiliki aturan perpaduan dasar dalam berpakaian. Selama itu tidak menyelisihi syariat, bukankah lebih baik kita mengikuti aturan tersebut?

“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Ahmad)

Bahkan, apabila kita tidak mengindahkan kelaziman berpakaian dalam masyarakat, ada kemungkinan membuat mereka menjauh dari dakwah Islam. “Islam itu kok orang-orangnya gak rapi ya? Berpakaiannya ngawur.” Na’udzubiliahi min dzaalik. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian. Gara-gara pakaian orang lari dari dakwah.

Karena itulah, sangat penting untuk berusaha menjaga penampilan kita di tengah-tengah masyarakat. Namun, jangan memaksakan diri untuk membeli pakaian baru. Apabila memang kita tidak mampu membeli yang baru, dan punyanya hanya itu, tidak mengapa. Yang penting kita tetap menjaga kerapian dan kebersihan penampilan kita.

4. Wangi

Penting untuk menjaga agar tubuh kita tidak bau, terutama ketika berinteraksi dengan orang lain. Apalagi masa remaja, biasanya produksi keringat sangat tinggi. Akibatnya, bau keringat sangat tidak sedap.

Solusinya, segera mandi setelah keringatnya kering. Seusai mandi, gunakanlah penghilang bau badan (deodorant) yang biasanya digunakan di ketiak. Karena memang di lipatan-lipatan tubuh seperti ketiak itulah produksi keringat paling banyak dan berbau tidak sedap.

Juga disunnahkan untuk menggunakan wewangian. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah pribadi yang menyenangkan. Orang yang duduk di dekatnya selalu merasa betah, karena beliau selalu berbadan wangi. Anas radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Tidak pernah aku mencium bau wangi atau bau semerbak yang lebih wangi dari bau dan semerbak Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Al Bukhari)

Namun, penggunaan wewangian untuk bergaul ke luar rumah ini hanya dibolehkan untuk laki-laki. Wanita hanya boleh menggunakan wewangian di dalam rumahnya, tidak di luar rumah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya,

“Seorang perempuan yang mengenakan wewangian, lalu melalui sekumpulan laki-laki agar mereka mencium bau harum yang dia pakai, maka perempuan tersebut adalah seorang pezina.” (HR. An Nasa’i, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad dari shahabat Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, dihasankan oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahulah dalam Shahihul Jami’)

Begitulah saudaraku…

Islam mengajarkan umatnya untuk senantiasa menjaga penampilan. Tujuannya, agar umatnya dihargai orang lain, dan agar agama ini terlihat sebagai agama penuh rahmat yang membawa kesejukan bagi seluruh alam. Allaahu a’lam.

Sumber: Majalah Tashfiyah edisi 22

(Sameer/fadhlihsan.wordpress.com/MuslimGen)

No comments:

Powered by Blogger.