Inilah 11 Adab Yang Harus dimiliki Seorang Guru dan Penuntut Ilmu
Seorang pendidik adalah menara mercusuar yang memancarkan cahaya bagi para penuntut ilmu di sekitarnya. Menerangi jalan mereka dengan pengetahuan dan memberikan petunjuk ka arah kebenaran, serta menanamkan dalam diri mereka nilai-nilai luhur yang berguna untuk hari kemudian. Dia adalah orangtua sekaligus teman yang mendengarkan murid-muridnya dan memperlakukan mereka seperti anak-anaknya, yang selalu memperlakukan dengan penuh kasih. Maka adalah sebuah keniscayaan bagi setiap guru untuk memiliki pekerti mulia, untuk menjadi cahaya sebelum memancarkan cahaya ke arah siapa saja.
Maka inilah 8 adab yang harus dimiliki seorang guru, ustadz, atau siapapun yang bergelut dalam dunia pendidikan yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah.
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Siapa yang telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budi kepadanya, maka do’akanlah (memohon kebaikan) untuknya sehingga kalian berpendapat seolah-olah telah membalas budinya.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad (2/28), Abu Daud (no.1672), an-Nasa’i (5/82), al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (216), Ibnu Hibban (no.3408), al-Hakim (1/412 dan 2/13), ath-Thayalisi (no.1895), dan selain mereka, dari hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, Syaikh Ali Hasan menshahihkan derajat hadits ini). Diterjemahkan oleh Ustadz Abdullah Hadrami Rahimahullah.
[Faqih/MuslimGen]
![]() |
Shutterstock |
- Adab utama yang harus dimiliki oleh seorang ahli ilmu dan penuntut ilmu adalah ikhlas mencari ridha Allah Ta’ala semata dan bermaksud untuk menghidupkan agama ini dengan mencontoh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam segala tingkah lakunya. Begitu pula dalam proses belajar mengajar harus berniat mencari ridha Allah semata agar Allah Ta’ala menghilangkan kebodohan dan kegelapan dari dirinya dengan ilmu yang bermanfaat.
- Seorang pendidik haruslah sabar ketika mengajar dan berusaha sekuat tenaga untuk memberikan pemahaman kepada setiap siswa sesuai dengan kemampuan akalnya. Janganlah memberikan tugas yang tidak mampu dipikulnya.
- Berilah motivasi kepadanya untuk mengikuti pelajaran secara rutin dan seringlah memberi pertanyaan dan mengujinya. Selain itu juga hendaklah melatihnya untuk mengkaji masalah-masalah tertentu agar mereka dapat menangkap dan menguasai permasalahan. Dengan menjelaskan hikmah dan tempat-tempat pengambilan dari ushul syariat, pengenalan akan ushul, kaidah-kaidah dan contoh-contoh permasalahan dengan berbagai macam ragamnya merupakan salah satu teknik pengajaran yang paling bermanfaat.
- Penuntut ilmu akan bertambah semangat dan bertambah kuat pemahamannya jika merasakan nikmat dalam memahami apa yang ia pelajari dan ketika mendapat kemudahan dalam mencari rujukan.
- Begitu pula bagi seorang pendidik. Hendaknya membuka pemahaman siswa dengan sering mengadakan pembahasan dan soal jawab. Menampakkan kegembiraan apabila ditanya atau ketika siswa mengutarakan hal-hal yang membingungkan atau apabila siswanya membantah apa yang disampaikannya. Semua itu dalam rangka mengambil manfaat dan mencari kebenaran, bukan untuk membela ucapan yang ia katakan atau untuk mempertahankan pendapat yang ia pegang.
- Apabila ada orang yang dibawahnya dalam segi ilmu memberitahukan pendapatnya yang salah, hendaklah dia berterima kasih kepadanya dan membahasnya secara bersama-sama dengan maksud mencapai kebenaran yang sesungguhnya, bukan untuk mempertahankan jalan yang dia tempuh selama ini.
- Rujuknya seorang guru kepada pemahaman siswanya -yang lebih mendekati kebenaran- lebih menunjukkan kepada keutamaan, ketinggian kedudukannya dan kebaikan akhlaknya serta kemurnian niatnya, yaitu ikhlas mencari ridha Allah Ta’ala. Apabila dia belum sampai pada kedudukan seperti ini, maka biasakanlah diri untuk berbuat demikian dan melatihnya karena dengan kebiasaan akan menghasilkan kemampuan dan dengan latihan akan meningkatkan derajatnya kepada kesempurnaan.
- Jika jadwal dan kesepakatan telah dibuat,tidak layak bagi seorang guru untuk terlambat, absen dan mengingkari kecuali ada uzur yang dibenarkan seperti sakit atau keperluan lainnya
- Apabila dia belum pada level menyampaikan sebuah pendapat, tidak tercela menyampaikan bahwa dia belum memiliki pengetahuan terhadap hal itu dan akan memberikan jawaban besok.
- Seorang penuntut ilmu haruslah mempunyai adab yang baik terhadap gurunya, bersyukur kepada Allah. Bersyukur kepada Allah yang telah memudahkan baginya mendapatkan seorang yang mendidiknya dengan ilmu. Padahal sebelumnya ia berada dalam kebodohan. Bersyukurlah kepada Allah yang telah berjasa menghidupkan dari kematian dan membangunkannya.
- Hendaklah ia mempergunakan kesempatan emas ini dengan mengambil ilmu darinya setiap waktu. Seringlah berdo’a kepada Allah Ta’ala memohon kebaikan bagi gurunya, baik saat berjumpa dengannya ataupun pada saat dia tidak ada karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
وَمَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ
“Siapa yang telah berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya. Apabila kalian tidak mendapatkan sesuatu untuk membalas budi kepadanya, maka do’akanlah (memohon kebaikan) untuknya sehingga kalian berpendapat seolah-olah telah membalas budinya.”
(Diriwayatkan oleh Ahmad (2/28), Abu Daud (no.1672), an-Nasa’i (5/82), al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad (216), Ibnu Hibban (no.3408), al-Hakim (1/412 dan 2/13), ath-Thayalisi (no.1895), dan selain mereka, dari hadits Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma, Syaikh Ali Hasan menshahihkan derajat hadits ini). Diterjemahkan oleh Ustadz Abdullah Hadrami Rahimahullah.
[Faqih/MuslimGen]
No comments: